Personal Hygiene Dan Genetalia Hygiene

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat pentingdan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat berpengaruh diantaranya kebudayaan, social, keluarga, pendidikan. Persepsi seseorang terhadap kesehatan,serta perkembangan.

Praktik hygiene sama dengan peningkatan kesehatan. Dengan implementasi tindakan hygiene pasien, atau membantu anggota keluarga untuk melakukan tindakan itu dalam lingkungan rumah sakit, perawat menambah tingkat kesembuhan pasien. Dengan mengajarkan cara hygiene pada pasien, pasien akan berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan dan partisipan dalam perawatan diri ketika memungkinkan.

Genitalia Hygiene merupakan bagian dari mandi lengkap. Pasien yang paling butuh perawatan genitalia yang teliti adalah pasien yang beresiko terbesar memperoleh infeksi. Pasien yang mampu melakukan perawatan diri dapat diizinkan untuk melakukannya sendiri. Perawat mungkin menjadi malu untuk memberikan perawatan genitalia, terutama pada pasien yang berlainan jenis kelamin. Dapat membantu jika memiliki perawat yang sama jenis kelamin dengan pasien dalam ruangan pada saat memberikan perawatan genitalia. Tujuan perawatan genitalia adalah untuk mencegah terjadinya infeksi, mempertahankan kebersihan genitalia, meningkatkan kenyamanan serta mempertahankan personal hygiene.

 

 

 

 

  1. Rumusan masalah
  2. Bagaimana prosedur memandikan pasien di tempat tidur ?
  3. Bagaimana menyiapkan tempat tidur pasien ?
  4. Apakah close bad itu ?
  5. Apakah open bad itu ?
  6. Apakah eather bad itu ?
  7. Apakah genetalia hygiene itu ?
  8. Bagaimana prosedur genetalia hygiene ?

III.   Tujuan

  1. Mahasiswa dapat mengetahui cara memandikan pasien diatas tempat tidur dengan prosedur yang benar.
  2. Mahasiswa dapat melaksanakan perawatan diri terhadap pasien.
  3. Mahasiswa dapat merapikan tempat tidur pasien.
  4. Mahasiswa dapat menyiapkan ruangan tempat tidur pasca operasi.
  5. Mahasiswa dapat melaksanakan perawatan genetalia hygiene.

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

  1. PROSEDUR MEMANDIKAN PASIEN DI TEMPAT TIDUR
  2. Definisi

Memandikan pasien adalah suatu tindakan membersihkan seluruh bagian tubuh pasien dengan posisi berbaring di tempat tidur dengan menggunakan air bersih, sabun dan larutan antiseptic. Memandikan pasien merupakan suatu tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu mandi secara sendiri dengan cara memandikannya di tempat tidur.

  1. Tujuan
  2. Menjaga kebersihan tubuh
  3. Mencegah kemungkinan terjadinya infeksi akibat kebersihan kulit yang kurang
  4. Memperlancar sistem peredaran darah
  5. Menambah kenyamanan pasien
  6. Memberikan rasa nyaman dan relaksasi
  7. Indikasi
  8. Pada pasien bed rest
  9. Pada pasien yang tidak dapat dan tidak diizinkan mandi sendiri
  10. Pada pasien baru yang dalam keadaan kotor.
  1. Kontra Indikasi
  2. Pada pasien luka bakar
  1. Pesiapan alat dan bahan
  2. Satu stel pakaian
  3. Waskom mandi yang berisi air hangat atau dingin, waskom mandi dua buah, masing masing berisi air dingin dan air hangat 2/3 bagian
  4. Sabun mandi dalam tempatnya
  5. 2 handuk bersih
  6. 3 waslap
  7. Kain penutup/ selimut mandi
  8. Tempat untuk pakaian kotor
  9. Celemek
  10. Sarung tangan bersih (sepasang)
  11. Medak badan/ talk
  12. Minyak kayu putih
  13. Sampiran (jika di perlukan)
  14. Jika pasien BAK / BAB, siapkan pispot
  15. Cara pelaksanaan
  16. Tutup pintu/jendela atau pasang sampiran
  17. Atur posisi pasien dalam keadaan terlentang
  18. Cuci tangan dan keringkan dengan haduk bersih
  19. Pakai celemek dan sarung tangan
  20. Berdiri di sisi kanan pasien
  21. Buka selimut tempat tidur, atur dibawah kaki pasien kemudian ganti dengan selimut mandi
  22. Buka pakaian pasien bagian atas, lalu menutup bagian yang terbuka  dengan selimut mandi sampai dada
  23. Lakukan cuci muka terlebih dahulu
  24. Handuk bentangkan dibawa kepala pasien
  25. Tanyakan pada pasien apakah bisa menggunakan sabun atau tidak
  26. Bersikan muka, telinga, leher dengan waslap lembab atau dengan sabun, kemudian bilas sampai bersih
  27. Keringkan dengan haduk
  28. Lakukan mencuci lengan/ ekstremitas atas
  29. Kedua lengan pasien di keataskan
  30. Pindah handuk di atas dada pasien, kemudian lebarkan pada samping kiri dan kanan
  31. Letakan kedua tangan pasien diatas haduk yang telah dilebarkan
  32. Kedua lengan pasien dibasahi kemudian di sabuni ,dari ujung jari ke arah pangkal lengan yang dimulai dengan bagian yang terjauh
  33. Lakukan pembilasan sampai bersih dan keringkan dengan haduk
  34. Lakukan mencuci bagaian dada dan perut :
  35. Selimut mandi diturunkan sampai perut bagian bawah
  36. Keataskan kedua tangan pasien , kemudian haduk di angkat dan dibentangkan di sisi pasien
  37. Basahi bagian ketiak, dada dan perut kemudian disabun, bilas dengan bersih kemudian keringkan dengan handuk
  38. Lakukan mencuci punggung
  39. Miringkan pasien ke kiri
  40. Bentangkan haduk di bawah punggung sampai glutea
  41. Basahi daerah punggung hingga glutea , kemudian disabun, dibilas dan di keringkan dengana haduk
  42. Berikan minyak kayu putih kalau perlu dan bedak
  43. Miringkan pasien ke kanan, kemudian handuk bentangkan dibawah punggung sampai glutea
  44. Cuci punggung kiri sebagaimana punggung kanan
  45. Beri minyak kayu putih dan bedak bila perlu, kemudian pasien di telentangkan
  46. Pakaian bagian atas dipasangkan dengan rapi
  47. Lakukan pencucian daerah kaki :
  48. Ganti air dengan air bersih, kemudian cuci dan berisihkan dengan waslap hingga bersih
  49. Pakaian bawah ditanggalkan, kemudian tutup kembali dengan selimut mandi
  50. Keluarkan kaki terjauh dari selimut mandi
  51. Handuk dibentangkan dibawahnya dan lutut ditekuk
  52. Bersikan kaki dengan sabun, dibilas selanjutnya di keringkan, demikian dengan kaki yang lain
  53. Lakukan mencuci lipatan paha dan genetalia :
  54. Bentangkan handuk dibawah glutea, celana dalam ditanggalkan
  55. Basahi daerah lipatan paha dan genetalia, kemudian di beri sabun, dibilas dan di keringkan
  56. Ganti celana dalam yang bersih dan pasangkan pakaian bagian bawah
  57. Rapikan pasien dan atur posisi yang aman dan nyaman
  58. Lepaskan sarung tangan dan bereskan barang dan cuci tangan.
  59. Setelah mandi selimut mandi di ganti dengan selimut pasien

II .PERAWATAN GENETALIA HYGIENE

  1. Definisi  

Membersihkan daerah kemaluan dan sekitar nya pada klien yang tidak dapat melakukannya sendiri.

  1. Tujuan
  2. Untuk mencegah terjadinya infeksi
  3. Mempertahankan kebersihan genitalia
  4. Meningkatkan kenyamanan serta mempertahankan personal hygiene
  5. Indikasi
  6. Pada pasien yang tidak mampu secara mandiri merawat kelaminnya
  1. Kontraindikasi
  2. Pada pasien yang menderita penyakit kelamin, misal HIV
  3. Pada pasien yang mengalami luka bakar di seluruh tubuhnya
  4. Berikan perhatian pada pasien pasca operasi
  5. Pada pasien hernia
  1. Persiapan Alat
  2. Baskom berisi air hangat
  3. Selimut mandi
  4. Waslap 2 buah
  5. Pengalas
  6. Pispot atau bedpan
  7. Tissue kamar mandi
  8. Tempat kain kotor tertutup
  9. Sampiran kain kotor
  10. Baskom berisi kapas air hangat bersih
  11. Selimut mandi
  12. Handuk
  13. Sabun
  14. Kain penutup
  15. Sarung tangan
  1. Cara pelaksanaan
  2. Jelaskan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan.
  3. Siapkan alat-alat
  4. Dekatkan alat-alat ke tempat tidur pasien.
  5. Tutup jendela dan pintu atau pasang sampiran.
  6. Mencuci tangan
  7. Pasang selimut ekstra.
  8. Pasang pengalas dibawah bokong pasien
  9. Lepaskan pakaian bawah pasien
  10. Atur posisi
    1. Posisi dorsal recumbent (M shape) pada wanita
    2. Posisi supine (V shape) pada pria
  11. Bungkuus kaki pasien dengan sudut selimut dan bagian tengah menutupi daerah pubis (jika selimut lebar) atau buka selimut sampai atas pubis
  12. Letakkan bengkok dan kapas sublimat di dekat bokong pasien
  13. Pasang sarung tangan
  14. Membersihkan genetalia
    1. Membersihkan vulva (wanita)
    2. Buka labia mayora dengan tangan kiri dan tangan kanan memegang kapas sublimat. Bersihkan labia mayora dengan kapas sublimat dari atas ke bawah 1 kali usap. Bersihkan perineum 1 kali usap.
    3. Membersihkan penis (pria)
    4. Pasang penis dengan tangan kiri, sementara tangan kanan memegang kappa sublimat. Bersihkan gland penis dari ujung kea rah bawah dengan cara memutar (bagi pasien yang belum disunat, tarik prepetium kea rah gland penis dan kembalikan seperti semula jika sudah dibersihkan). Bersihkan batang penis dari atas ke bawah. Bersihkan skrotum, dari arah atas ke bawah mengarah ke rectum.
  15. Pasang bed pan di bawah bokong pasien
  16. Basuh daerah genitalia dengan air hangat
  17. Keringkan vulva dengan tisu
  18. Angkat bed pan
  19. Oleskan obat merah(jika ada luka)
  20. Pasang pembalut dari celana (jika ada menstruasi atau lochia) pada wanita
  21. Atur posisi pasien
  22. Angkat pengalas
  23. Ganti selimut ekstra dengan selimut pasien
  24. Rapikan alat-alat dan kembalikan ke tempat semula
  25. Cuci tangan

Cara perawatan Sistem Reproduksi Wanita

Seperti layaknya organ tubuh yang lain, organ reproduksi seksual juga harus diberi perawatan dengan baik. Berikut beberapa saran yang bisa dilakukan terkait dengan perawatan sistem reproduksi:

  1. Upayakan untuk senantiasa menjaga kebersihan Anda. Usahakan agar senantiasa kering dan tidak lembab, karena keadaan basah memudahkan berjangkitnya infeksi dari luar.
  2. Selalu mencuci tangan sebelum menyentuh vagina
  3. Mandi dengan teratur dengan membasuh vagina dengan air hangat dan sabun yang lembut.
  4. Praktekkan cara menyeka yang benar (dengan handuk atau tisu maupun air sewaktu membersihkan), yaitu dari arah depan ke belakang, agar bibit penyakit yang kemungkinan besar bersarang di dubur tidak terbawa ke wilayah kemaluan atau sistem reproduksi Anda, yang akan menimbulkan infeksi, peradangan dan rangsangan rasa gatal.
  5. Hindari penggunaan handuk atau washlap milik orang lain untuk mengeringkan vagina kita.
  6. Selalu gunakan celana dalam yang bersih dan terbuat dari bahan katun (100%). Bahan lain misalnya nylon, polyester, dan bahan sintesis lain yang kecil daya serapnya, hanya akan membuat gerah, panas dan membuat vagina menjadi lembab. Kondisi ini sangat disukai bakteri dan jamur untuk berkembang biak pada sistem reproduksi Anda.
  7. Jangan menggunakan alat pembersih kimiawi tertentu karena akan merusak keasaman vagina yang berfungsi menumbuhkan bakteri atau kuman yang masuk. Demikian juga tidak diperbolehkan menggunakan deodorant atau spray, cairan pembasuh (douches), sabun yang keras, serta tissue yang berwarna dan berparfum. Rangsangan dari bahan ini dapat menimbulkan peradangan dari liang senggama dan bibir kemaluan dengan keluhan gatal dan keputihan.
  8. Perawatan sistem reproduksi dengan mencukur sebagian dari rambut kemaluan secara teratur, berfungsi untuk menghindari kelembaban yang berlebihan di daerah vagina, yang bisa menyebabkan tumbuhnya sejenis jamur atau kutu sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman dan gatal bagi kita
  9. Jangan menggunakan alat-alat bantuan untuk masturbasi, karena hal ini bisa menyebabkan robeknya selaput dara dan infeksi pada vagina atau penis.

Hal yang tidak kalah pentingnya dalam perawatan sistem reproduksi bagi perempuan adalah :

  1. Pada saat haid, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terkena infeksi, karena itu kebersihan vagina harus dijaga karena kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi.
  2. Selama haid mungkin timbul rasa nyeri pada pinggang dan panggul, hal ini disebabkan adanya peregangan pada otot rahim.
  3. Untuk menjaga kebersihan, dalam melakukan perawatan sistem reproduksi, pergunakan pembalut selama haid harus diganti secara teratur 2-3 kali atau setelah mandi dan buang air kecil.
  4. Jika pemakaian pembalut yang dibuang, sebaiknya dibungkus sebelum dibuang ke tempat sampah. Untuk pembalut lainnya (dari kain) sebaiknya sebelum dicuci, rendam terlebih dahulu memakai sabun pada tempat tertutup.

III. MENYIAPKAN TEMPAT TIDUR

Jenis persiapan tempat tidur

  1. Closed bad (tempat tidur tertutup)
  2. Open bed (tempat tidur terbuka)
  3. Aether bed (tempat tidur pasca operasi)

Prinsip perawatan tempat tidur

  1. Tempat tidur klien harus tetap bersih dan rapi
  2. Linen diganti sesuai kebutuhan dan sewaktu-waktu, jika kotor
  3. Pengguanaan linen bersih harus sesuai kebutuhan dan tidak boros

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perawatan tempat tidur

  1. Hindari kontaminasi pada linen bersih
  2. Ketika akan mengganti linen pada tempat tidur klien, bawa linen sesuai kebutuhan. Jangan membawa linen berlebihan untuk menghindari terjadinya kontaminasi kuman/mikroorganisme dan infeksi nosokomial dari satu klien ke klien lainnya.
  3. Pada saat memasang linen bersih, bentangkan linen diatas tempat tidur, jangan dikibaskan.
  4. Jangan menempatkan linen kotor pada tempat tidur klien, meja, atau peralatan klien lainnya.
  5. Saat memasang linen/alat tenun pada tempat tidur klien, gunakan cara yang efektif dan gunakan pada satu sisi dulu setelah selesai baru pindah ke sisi lain.
  6. Tempatkan linen/alat tenun yang kotor pada tempat yang tertutup (ember yang ada tutupnya). Bawa dengan hati-hati, jangan menyentuh pakaian perawat dan cuci tangan setelahnya.
  7. Perawat harus tetap memperhatikan keadaan umum klien selama melaksanakan tindakan.
  1. Tempat tidur tertutup (closed bed)

Pengertian

Merupakan tempat tidur yang sudah disiapkan dan masih tertutup dengan sprei penutup (over laken) diatasnya.

Tujuan

  1. Agar siap pakai sewaktu-waktu
  2. Agar tampak selalu rapi
  3. Memberikan perasaan senang dan nyaman pada klien.

Persiapan alat

  1. Tempat tidur, kasur, dan bantal
  2. Alat tenun disusun menurut pemakaiannya:
  3. Alas kasur
  4. Laken/sprei besar
  5. Perlak
  6. Stik laken / sprei melintang
  7. Boven laken
  8. Selimut dilapat terbalik (bagian dalam selimut dilipat diluar)
  9. Sarung bantal
  10. Over laken/sprei penutup

Prosedur pelaksanaan

  1. Cuci tangan
  2. Letakkan alat tenun yang telah disusun sesuai pemakaian didekat tempat tidur
  3. Pasang alas kasur dan kasur
  4. Pasang sprei besar/laken dengan ketentuan berikut:
  5. Garis tengah lipatan diletakkan tepat ditengah kasur
  6. Bentangkan sprei, masukkan sprei bagian kepala kebawah kasur ± 30 cm; demikian juga pada kaki, tarik setegang mungkin
  7. Pada ujung setiap sisi kasur bentuk sisi 90⁰, lalu masukkan seluruh tepi  sprei kebawah kasur dengan rapi.
  8. Letakkan perlak melintang pada kasur ± 50 cm dari bagian kepala
  9. Letakkan stik laken diatas sprei melintang, kemudian masukkan sisi-sisinya kebawah kasur bersama dengan perlak
  10. Pasang boven pada kasur daerah bagian kaki, pada bagian atas yang terbalik masukkan kebawah kasur ± 10 cm kemudian ujung sisi bagian bawah (kaki) dibentuk 90⁰ dan masukkan kebawah kasur.tarik sisi atas sampai terbentang.
  11. Pasang selimut  pada kasur bagian kaki, pada bagian atas yang terbalik dimasukkan kebawah kasur ± 10 cm kemudian ujung sisi-sisinya dibentuk 90⁰ dan masukkan kebawah kasur. Tarik sisi atas sampai terbentang
  12. Lipat ujung atas boven sampai tampak garis/pitanya

10.Masukkan bantal kedalam sarungnya dan letakkan diatas tempat tidur dengan bagian yang terbuka dibagian bawah

  1. Pasang sprei penutup (over laken)
  2. Cuci tangan
  1. Tempat tidur terbuka (open bed)

Pengertian

Merupakan tempat tidur yang sudah disiapkan tanpa sprei penutup (over laken)

Tujuan

Dapat segera digunakan

Dilakukan

  1. Jika ada klien baru
  2. Pada tempat tidur klien yang dapat/boleh turun dari tempat tidur

Persiapan alat

Sama dengan pemasangan alat tenun pada tempat tidur tertutup, hanya tidak memakai over laken/sprei penutup

Prosedur pelaksanaan

Seperti menyiapkan tempat tidur tertutup, tetapi tidak dipasang over laken. Jika telah tersediatempat tidur tertutup, angkat over laken kemudian lipat.

  1. Tempat tidur klien pasca operasi (Aether bed)

Pengertian

Merupakan tempat tidur yang disiapkan untuk klien pascaoperasi yang mendapat narkose (obat bius)

 

Tujuan

  1. Menghangatkan klien
  2. Mencegah penyakit/komplikasi pascaoperasi

 

Persiapan alat

  1. Tambahkan satu selimut tebal pada alat tenun untuk tempat tidur terbuka.
  2. Dua buah buli-buli panas/WWZ (warm water zack), dengan suhu air 40⁰C-   43⁰C
  3. Perlak dan handuk dalam satu gulungan dengan handuk dibagian dalam
  4. Thermometer air (jika ada)

 

Prosedur pelaksanaan

  1. Cuci tangan
  2. Pada tempat tidur terbuka, angkat bantal dan bentangkan gulungan perlak dan handuk pada bagian kepala
  3. Pasang selimut tambahan hingga menutup seluruh permukaan tempat tidur
  4. Letakkan buli-buli panas pada sprei dan selimut pada bagian kaki, arahkan mulut buli-buli ke pinggir tempat tidur
  5. Angkat buli-buli panas sebelum klien dibaringkan, setelah kembali dari kamar bedah
  6. Lipat pinggir selimut tambahan bersama-sama selimut dari atas tempat tidur pada salah satu sisi tempat masuknya klien, sampai batas pinggir kasur, lalu lipat sampai sisi yang lain.
  7. Cuci tangan

BAB III

KESIMPULAN

Prosedur keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu mandi secara sendiri. Yang bertujuan, menjaga kebersihan tubuh, mencegah kemungkinan terjadinya infeksi akibat kebersihan kulit yang kurang, memperlancar sistem peredaran darah, menambah kenyamanan pasien.

Genatalia hygiene merupakan menjaga kebersihan organ vital baik pria maupun wanita. Atau suatu tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Ukuran kebersihan atau penampilan seseorang dalam pemenuhan kebutuhan Personal Hygiene berbeda pada setiap orang sakit karena terjadi gangguan pemenuhan kebutuhan. Selain itu sebagian besar pemenuhan kebutuhan personal hygiene dapat dilakukan secara mandiri kecuali untuk perawatan kuku kaki dan tangan yang masih bergantung pada orang lain. Modifikasi juga dilakukan oleh informan untuk mempermudah dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene.

Jenis persiapan tempat tidur

  1. Closed bad (tempat tidur tertutup)
  2. Open bed (tempat tidur terbuka)
  3. Aether bed (tempat tidur pasca operasi)

Prinsip perawatan tempat tidur

  1. Tempat tidur klien harus tetap bersih dan rapi
  2. Linen diganti sesuai kebutuhan dan sewaktu-waktu, jika kotot
  3. Pengguanaan linen bersih harus sesuai kebutuhan dan tidak boros

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perawatan tempat tidur

  1. 1. Hindari kontaminasi pada linen bersih
  2. Ketika akan mengganti linen pada tempat tidur klien, bawa linen sesuai    kebutuhan. Jangan membawa linen berlebihan untuk menghindari terjadinya kontaminasi kuman/mikroorganisme dan infeksi nosokomial dari satu klien ke klien lainnya.
  3. Pada saat memasang linen bersih, bentangkan linen diatas tempat tidur, jangan dikibaskan.

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

  1. http://artikelkedokteran.net/id/askep+perawatan+genetalia.htm (senin, 06 oktober 2014)
  2. http://www.anneahira.com/perempuan/sistem-reproduksi.htm (senin, 06 oktober 2014)
  3. http://www.google.com/keperawatan/memandikan-pasien-tempat tidur.htm (senin, 06 oktober 2014)
  4. Tim Departemen kesehatan.1987.Pedoman Tehnis Perawatan Dasar.Jakarta: PT.Granesia
  5. Tim Departemen Kesehatan.1993.Prosedur Perawatan Dasar Jakarta: Persatuan Perawatan Nasional Indonesia

  Baca lebih lanjut

DEFINISI, SEJARAH, DAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN

DEFINISI, SEJARAH, DAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN

Definisi KeperawatanPerawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki diperoleh melalui pendidikan keperawatan (UU RI. No. 23 tahun 1992 ttg kesehatan).
Keperawatan adalah pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio psiko sosio spiritual yang komprehensif yang ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Lokakarya Nasional Perawat, 1983).
Asmadi (2008) mendefinisikan keperawatan sebagai suatu bentuk layanan kesehatan profesional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan. Keperawatan memiliki suatu cara pandang mendasar yang disebut sebagai paradigma. Paradigma keperawatan merupakan suatu pandangan global yang dianut oleh mayoritas kelompok ilmiah (keperawatan) atau hubungan berbagai teori yang membentuk suatu susunan yang mengatur hubungan di antara teori tersebut guna mengembangkan model konseptual dan teori-teori keperawatan sebagai kerangka kerja perawat. Paradigma keperawatan terdiri atas empat unsur, yaitu keperawatan, manusia, sehat-sakit, dan lingkungan.

Sejarah dan Perkembangan Keperawatan di Dunia

Sejarah keperawatan di dunia diawali pada zaman purbakala (Primitive Culture) sampai pada munculnya Florence Nightingale sebagai pelopor keperawatan yang berasal dari Inggris. Perkembangan keperwatan sangat dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan peradaban manusia. Perkembangan keperawatan diawali pada :

  1. Zaman Purbakala (Primitive Culture)

Manusia diciptakan memiliki naluri untuk merawat diri sendiri (tercermin pada seorang ibu). Harapan pada awal perkembangan keperawatan adalah perawat harus memiliki naluri keibuan (Mother Instinc). Dari masa Mother Instic kemudian bergeser ke zaman dimana orang masih percaya pada sesuatu tentang adanya kekuatan mistik yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Kepercayaan ini dikenal dengan nama Animisme. Mereka meyakini bahwa sakitnya seseorang disebabkan karena kekuatan alam/pengaruh gaib seperti batu-batu, pohon-pohon besar dan gunung-gunung tinggi. Kemudian dilanjutkan dengan kepercayaan pada dewa-dewa dimana pada masa itu mereka menganggap bahwa penyakit disebabkan karena kemarahan dewa, sehingga kuil-kuil didirikan sebagai tempat pemujaan dan orang yang sakit meminta kesembuhan di kuil tersebut. Setelah itu perkembangan keperawatan terus berubah dengan adanya Diakones & Philantrop, yaitu suatu kelompok wanita tua dan janda yang membantu pendeta dalam merawat orang sakit, sejak itu mulai berkembanglah ilmu keperawatan.

  1. Zaman Keagamaan

Perkembangan keperawatan mulai bergeser kearah spiritual dimana seseorang yang sakit dapat disebabkan karena adanya dosa/kutukan Tuhan. Pusat perawatan adalah tempat-tempat ibadah sehingga pada waktu itu pemimpin agama disebut sebagai tabib yang mengobati pasien. Perawat dianggap sebagai budak dan yang hanya membantu dan bekerja atas perintah pemimpin agama.

  1. Zaman Masehi

Keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama Nasrani, dimana pada saat itu banyak terbentuk Diakones yaitu suatu organisasi wanita yang bertujuan untuk mengunjungiorang sakit sedangkan laki-laki diberi tugas dalam memberikan perawatan untuk mengubur bagi yang meninggal.

Pada zaman pemerintahan Lord-Constantine, ia mendirikan Xenodhoecim atau hospes yaitu tempat penampungan orang-orang sakit yang membutuhkan pertolongan. Pada zaman ini berdirilah Rumah Sakit di Roma yaitu Monastic Hospital.

  1. Pertengahan abad VI Masehi

Pada abad ini keperawatan berkembang di Asia Barat Daya yaitu Timur Tengah, seiring dengan perkembangan agama Islam. Pengaruh agama Islam terhadap perkembangan keperawatan tidak lepas dari keberhasilan Nabi Muhammad SAW menyebarkan agama Islam.

  1. Abad VII Masehi

Di Jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti Ilmu Pasti, Kimia, Hygiene dan obat-obatan. Pada masa ini mulai muncul prinsip-prinsip dasar keperawatan kesehatan seperti pentingnya kebersihan diri, kebersihan makanan dan lingkungan. Tokoh keperawatan yang terkenal dari Arab adalah Rufaidah.

  1. Permulaan abad XVI

Pada masa ini, struktur dan orientasi masyarakat berubah dari agama menjadi kekuasaan, yaitu perang, eksplorasi kekayaan dan semangat kolonial. Gereja dan tempat-tempat ibadah ditutup, padahal tempat ini digunakan oleh orde-orde agama untuk merawat orang sakit. Dengan adanya perubahan ini, sebagai dampak negatifnya bagi keperawatan adalah berkurangnya tenaga perawat. Untuk memenuhi kurangnya perawat, bekas wanita tuna susila yang sudah bertobat bekerja sebagai perawat. Dampak positif pada masa ini, dengan adanya perang salib, untuk menolong korban perang dibutuhkan banyak tenaga sukarela sebagai perawat, mereka terdiri dari orde-orde agama, wanita-wanita yang mengikuti suami berperang dan tentara (pria) yang bertugas rangkap sebagai perawat.

Pengaruh perang salib terhadap keperawatan :

  1. Mulai dikenal konsep P3K
  2. Perawat mulai dibutuhkan dalam ketentaraan sehingga timbul peluang kerja bagi perawat dibidang sosial.

Ada 3 Rumah Sakit yang berperan besar pada masa itu terhadap perkembangan keperawatan:

  1. Hotel Dieu di Lion

Awalnya pekerjaan perawat dilakukan oleh bekas WTS yang telah bertobat. Selanjutnya pekerjaan perawat digantikan oleh perawat terdidik melalui pendidikan keperawatan di RS ini.

  1. Hotel Dieu di Paris

Pekerjaan perawat dilakukan oleh orde agama. Sesudah Revolusi Perancis, orde agama dihapuskan dan pekerjaan perawat dilakukan oleh orang-orang bebas. Pelopor perawat di RS ini adalah Genevieve Bouquet.

  1. ST. Thomas Hospital (1123 M)

Pelopor perawat di RS ini adalah Florence Nightingale (1820). Pada masa ini perawat mulai dipercaya banyak orang. Pada saat perang Crimean War, Florence ditunjuk oleh negara Inggris untuk menata asuhan keperawatan di RS Militer di Turki. Hal tersebut memberi peluang bagi Florence untuk meraih prestasi dan sekaligus meningkatkan status perawat. Kemudian Florence dijuluki dengan nama “ The Lady of the Lamp”.

  1. Perkembangan keperawatan di Inggris

Florence kembali ke Inggris setelah perang Crimean. Pada tahun 1840 Inggris mengalami perubahan besar dimana sekolah-sekolah perawat mulai bermunculan dan Florence membuka sekolah perawat modern. Konsep pendidikan Florence ini mempengaruhi pendidikan keperawatan di dunia.

Kontribusi Florence bagi perkembangan keperawatan a. l :

  1. Nutrisi merupakan bagian terpenting dari asuhan keperawatan.
  2. Okupasi dan rekreasi merupakan terapi bagi orang sakit
  3. Manajemen RS
  4. Mengembangkan pendidikan keperawatan
  5. Perawatan berdiri sendiri berbeda dengan profesi kedokteran
  6. Pendidikan berlanjut bagi perawat.

SejarahdanPerkembangan Keperawatan di Indonesia

Sejarah dan perkembangan keperawatan di Indonesia dimulai pada masa penjajahan Belanda sampai pada masa kemerdekaan.

  1. Masa Penjajahan Belanda

Perkembangam keperawatan di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi yaitu pada saat penjajahan kolonial Belanda, Inggris dan Jepang. Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut Velpeger dengan dibantu Zieken Oppaser sebagai penjaga orang sakit.

Tahun 1799 didirikan rumah sakit Binen Hospital di Jakarta untuk memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda. Usaha pemerintah kolonial Belanda pada masa ini adalah membentuk Dinas Kesehatan Tentara dan Dinas Kesehatan Rakyat. Daendels mendirikan rumah sakit di Jakarta, Surabaya dan Semarang, tetapi tidak diikuti perkembangan profesi keperawatan, karena tujuannya hanya untuk kepentingan tentara Belanda.

  1. Masa Penjajahan Inggris (1812 – 1816)

Gurbernur Jenderal Inggris ketika VOC berkuasa yaitu Raffles sangat memperhatikan kesehatan rakyat. Berangkat dari semboyannya yaitu kesehatan adalah milik manusia, ia melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi antara lain:

  1. pencacaran umum
  2. cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa
  3. kesehatan para tahanan

Setelah pemerintahan kolonial kembali ke tangan Belanda, kesehatan penduduk lebih maju. Pada tahun 1819 didirikan RS. Stadverband di Glodok Jakarta dan pada tahun 1919 dipindahkan ke Salemba yaitu RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Tahun 1816 – 1942 berdiri rumah sakit-rumah sakit hampir bersamaan yaitu RS. PGI Cikini Jakarta, RS. ST Carollus Jakarta, RS. ST. Boromeus di Bandung, RS Elizabeth di Semarang. Bersamaan dengan itu berdiri pula sekolah-sekolah perawat.

  1. Zaman Penjajahan Jepang (1942 – 1945)

Pada masa ini perkembangan keperawatan mengalami kemunduran, dan dunia keperawatan di Indonesia mengalami zaman kegelapan. Tugas keperawatan dilakukan oleh orang-orang tidak terdidik, pimpinan rumah sakit diambil alih oleh Jepang, akhirnya terjadi kekurangan obat sehingga timbul wabah.

  1. Zaman Kemerdekaan

Tahun 1949 mulai adanya pembangunan dibidang kesehatan yaitu rumah sakit dan balai pengobatan. Tahun 1952 didirikan Sekolah Guru Perawat dan sekolah perawat setingkat SMP. Pendidikan keperawatan profesional mulai didirikan tahun 1962 yaitu Akper milik Departemen Kesehatan di Jakarta untuk menghasilkan perawat profesional pemula. Pendirian Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) mulai bermunculan, tahun 1985 didirikan PSIK (Program Studi Ilmu Keperawatan) yang merupakan momentum kebangkitan keperawatan di Indonesia. Tahun 1995 PSIK FK UI berubah status menjadi FIK UI. Kemudian muncul PSIK-PSIK baru seperti di Undip, UGM, UNHAS dll.

Tren Keperawatan Sekarang dan Masa Depan

Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi, pada tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga professional keluar dan masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulai terjadi suatu masa transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan masyarakat tradisional berubah menjadi masyarakat yang maju. Keadaan itu menyebabkan berbagai macam dampak pada aspek kehidupan masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang berupa masalah urbanisaasi, pencemaran, kecelakaan, disamping meningkatnya angka kejadian penyakit klasik yang berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur harapan hidup yang meningkat juga menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan kelompok lanjut usia serta penyakit degeneratif.
Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi peningkatan kesempatan untuk meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap hukum dan menjadikan masyarakat lebih kritis. Kondisi itu berpengaruh kepada pelayanan kesehatan dimana masyarakat yang kritis menghendaki pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh tenaga yang profesional. Keadaan ini memberikan implikasi bahwa tenaga kesehatan khususnya keperawatan dapat memenuhi standart global internasional dalam memberikan pelayanan kesehatan/keperawatan, memiliki kemampuan professional, kemampuan intelektual dan teknik serta peka terhadap aspek sosial budaya, memiliki wawasan yang luas dan menguasi perkembangan Iptek.

Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang professional di Indonesia masih belum menggembirakan, banyak factor yang dapat menyebabkan masih rendahnya peran perawat professional, diantaranya:

  1. Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan. Tahun 1985 pendidikan S1 keperawatan pertama kali dibuka di UI, sedangkan di negara barat pada tahun 1869.
  2. Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.
  3. Keterlambatan system pelayanan keperawatan (standart, bentuk praktik keperawatan, lisensi)

Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia kesehatan akan berdampak negatif terhadap mutu pelayanan kesehatan bagi tercapainya tujuan kesehatan Indonesia sehat, maka solusi yang harus ditempuh adalah:

  1. Pengembangan pendidikan keperawatan.

Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan keperawatan yang profesional, telah memicu perawat untuk terus mengembangkan dirinya dalam berbagai bidang, terutama penataan sistem pendidikan keperawatan. Oleh karena itu profesi keperawatan dengan landasan yang kokoh perlu memperhatikan wawasan keilmuan, orientasi pendidikan dan kerangka konsep pendidikan

  1. Wawasan Keilmuan

Pada tingkat pendidikan akademi, penggunaan kurikulum D III keperawatan 1999, merupakan wujud dari pembenahan kualitas lulusan keperawatan. Wujud ini dapat dilihat dengan adanya:

1)    Mata Kuliah Umum (MKU), yaitu: Pendidikan Agama, Pancasila, Kewiraan dan Etika Umum)

2)    Mata Kuliah Dasar Keahliah (MKDK), yaitu: Anatomi, Fisiologi dan Biokimia, Mikrobiologi dan Parasitologi, Farmakologi, Ilmu Gizi dan Patologi.

3)    Mata Kuliah Keahlian (MKK), yaitu: KDK, KDM I dan II, Etika Keperawatan, Komunikasi Dalam Keperawatan, KMB I, II, III, IV dan V, Keperawatan Anak I dan II, Keperawatan Maternitas I dan II, Keperawatan Jiwa I dan II, Keperawatan Komunitas I, II dan III, Keperawatan Keluarga, Keperawatan gawat Darurat, Keperawatan Gerontik, Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Keperawatan Profesional dan Pengantar Riset Keperawatan.

Demikian juga halnya dengan tingkat pendidikan S1 Keperawatan, yaitu dengan berlakunya kurikulum Ners pada tahun 1998. Sementara itu di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI) telah dibuka S2 Keperawatan untuk Studi Manajemen Keperawatan, Keperawatan Maternitas dan Keperawatan Komunitas. Dan selanjutnya akan dibuka Studi S2 Keperwatan Jiwa dan Keperawatan Medikal Bedah. Dapat disimpulkan bahwa saat ini perkembangan keperawatan diarahkan kepada profesionalisme dengan spesialisasi bidang keperawatan.

  1. Orientasi Pendidikan

Pendidikan keperawatan bagaimanapun akan tetap berorientasi pada pengembangan pengetahuan dan teknologi, artinya pengalaman belajar baik kelas, laboratorium dan lapangan tetap mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memanfaatkan segala sumber yang memungkinkan penguasaan iptek. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan pelayanan keperawatan dan persaingan global.

  1. Kerangka Konsep

Berpikir ilmiah, pembinaan sikap dan tingkah laku profesional, belajar aktif mandiri, pendidikan dilingkungan masyarakat serta penguasaan iptek keperawatan merupakan karakteristik dari pendidikan profesional keperawatan.

  1. Memantapkan sistem pelayanan perawatan professional

Perubahan sifat pelayanan dari fokasional menjadi profesional dengan fokus asuhan keperawatan dengan peran preventif dan promotif tanpa melupakan peran kuratif dan rehabilitatif harus didukung dengan peningkatan sumber daya manusia di bidang keperawatan. Sehingga pada pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan dapat terjadinya pelayanan yang efisien, efektif serta berkualitas. Selanjutnya, saat ini juga telah berkembang berbagai model prakti keperawatan profesional, seperti:

  1. Praktik keperawatan di rumah sakit fasilitas kesehatan
  2. Praktik keperawatan di rumah (home care)
  3. Praktik keperawatan berkelompok seperti nursing home atau klinik bersama
  4. Praktik keperawatan perorangan, yaitu melalui keputusan Kepmenkes No. 647 tahun 2000, yang kemudian di revisi menjadi Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktik Keperawatan.

Departemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun registrasi, lisensi dan sertifikasi praktik keperawatan. Selain itu semua penerapan model praktik keperawatan professional dalam memberikan asuhan keperawatan harus segera di lakukan untuk menjamin kepuasan konsumen/klien.

  1. Penyempurnaan organisasi keperawatan

Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat dan dinamis serta kemampuan mengakomodasi setiap kepentingan individu menjadi kepentingan organisasi dan mengintegrasikannya menjadi serangkaian kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya. Restrukturisasi organisasi keperawatan merupakan pilihan tepat guna menciptakan suatu organisasi profesi yang mandiri dan mampu menghidupi anggotanya melalui upaya jaminan kualitas kinerja dan harapan akan masa depan yang lebih baik serta meningkat.

Komitmen perawat guna memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu baik secara mandiri ataupun melalui jalan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sangat penting dalam terwujudnya pelayanan keperawatan professional. Nilai professional yang melandasi praktik keperawatan dapat di kelompokkan dalam:

  1. Nilai intelektual

Nilai intelektual dalam prtaktik keperawatan terdiri dari

1)      Body of Knowledge

2)      Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)

3)      Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif

  1. Nilai komitmen moral

Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan memperhatikan kode etik keperawatan. Pelayanan professional terhadap masyarakat memerlukan integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik.

Aspek moral yang harus menjadi landasan perilaku perawat adalah:

1)      Beneficience; selalu mengupayakan keputusan dibuat berdasarkan keinginan melakukan yang terbaik dan tidak merugikan klien

2)      Fair; tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya, keadaan ekonomi dan sebagainya, tetapi memperlakukan klien sebagai individu yang memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki

3)      Fidelity; berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu), selalu berusaha menepati janji, memberikan harapan yang memadahi, komitmen moral serta memperhatikan kebutuhan spiritual klien.

  1. Otonomi, kendali dan tanggung gugat

Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk melakukan tindakan secara mandiri. Hak otonomi merujuk kepada pengendalian kehidupan diri sendiri yang berarti bahwa perawat memiliki kendali terhadap fungsi mereka. Otonomi melibatkan kemandirian, kesedian mengambil resiko dan tanggung jawab serta tanggung gugat terhadap tindakannya sendiri, begitupula sebagai pengatur dan penentu diri sendiri.

Kendali mempunyai implikasi pengaturan atau pengarahan terhadap sesuatu atau seseorang. Bagi profesi keperawatan, harus ada kewenangan untuk mengendalikan praktik, menetapkan peran, fungsi dan tanggung jawab anggota profesi.

Tanggung gugat berarti perawat bertanggung jawab terhadap setiap tindakan yang dilakukannya terhadap klien.

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC
Effendy, N. 1995. Pengantar proses keperawatan. Jakarta: EGC.
Gaffar, L.O.J. 1999. Pengantar Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC.
Hidayat, Aziz Alimul. 2002. Pengantar Pendidikan Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.

Kenangan Bersama Ibu

Hari ini aku seperti kembali pada masa lalu. Di dalam gubuk kecil ini, aku menatap rintikan air hujan. Aku seperti melihat kembaliibuku yang selalu berlari tergopoh gopoh sambil membawa daun pisang untuk berlindung. Baliau baru saja pulang dari menjajakan makan makanan kecil, terlihat beberapa uang yang kusut dalam genggaman tangan nya. Dia mulai menghitung nya, dan di simpan nya alam kotak kecil. Ia mulai membersihkan dirinya, dan kembali beraktifitas untuk menyiapkan makan malam untuk ku dan ibu Aku ingin sekali bangkit dari ranjang ini, aku ingin mengusap keringatnya, aku ingin membantu nya. Namun apa daya kaki ku ini sudah tak berfungsi lagi. Bertahun tahun kaki ku ini tak berfungsi. Ibu yakin lah “aku ingin membantu mu, aku inigin memikul beban mu. Istirahat lah, aku yang akan menggantikan mu ibu”           Dia menghampiriku, memandikan ku dan memberikan ku suapn makan mala mini. Di malam hari aku sering sekali mendengar tangisan ibu di sela sela do’a nya. Beliau selalu menyebut namaku dalam do’a nya. Tak pernah letih, beliau mendo’akan ku. “ Ya Tuhan, begitu berat nya beban ibu. Bagaiman caranya aku bisa membalas semua yang pernah di lakukan nya” Terkadang aku tak mampu, melihat wajah nya yang tertidur lelap, sepertinya beliau kecapek an.           Aku malu, aku takut pada nya. Aku merasa bodoh, karena tak ada yang bisa ku lakukan untuk nya slama ini. Aku tak pernah membuat nya bahagia. Suatu saat aku menunggu ibu ku kembali ke rumah, namu kali ini terlalu lama menunggu nya. Ada apa ini Tuhan? Aku tak tenang, tiba tiba ada segerombolan orang mendatangi ku, mereka membawa seseorang yang lemah dan berdarah. Seperti nya aku mengenal wajah itu. Itu ibu ku .. IBU. Aku hanya bisa menangis melihat semua ini. Aku terjatuh di hadapan nya, ku pegang erat tubuh nya,seakan aku tak mau kehilangan dirinya. Ibu, jangan pergi, jangan tingalkan aku ibu. Aku belum berhasil membuatmu bangga. Ibu aku ingin menyusulmu, aku sendiri ibu .. Aku tak ada yang menemani, tak ada lagi yang mengurus ku, tak ada lagi yang peduli dengan ku, tak ada lagi nyanyian nyanyian indah itu dan senyuman manis mu  yang slalu mmbuat ku tenang. Selamat Jalan Ibu